Adapun tahapannya terdiri dari:
1. Tahap eksplorasi (exploration) yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu tempat sebagai potensi wisata baru ditemukan baik oleh wisatawan, pelaku pariwisata, maupun pemerintah. Biasanya jumlah pengunjung sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasinya sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi berminat karena belum ramai dikunjungi.
2. Tahap keterlibatan (involvement) yang diikuti oleh kontrol lokal (local control), dimana biasanya oleh masyarakat lokal. Pada tahapan ini terdapat inisiatif dari masyarakat lokal, obyek wisata mulai dipromosikan oleh wisatawan, jumlah wisatawan meningkat, dan infrastruktur mulai dibangun.
3. Tahap pengembangan (development) dan adanya kontrol lokal (local control) menunjukan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisata secara drastis. Pengawasan oleh lembaga lokal agak sulit membuahkan hasil, masuknya industri wisata dari luar dan kepopuleran kawasan wisata menyebabkan kerusakan lingkungan alam dan sosial budaya sehingga diperlukan adanya campur tangan kontrol penguasa lokal maupun nasional.
4. Tahap konsolidasi (consolidation) dengan constitutionalism ditunjukkan oleh penurunan tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan. Kawasan wisata dipenuhi oleh berbagai industri pariwisata berupa hiburan dan berbagai macam atraksi wisata.
5. Tahap kestabilan (stagnation) dan masih diikuti oleh adanya institutionalism, dimana jumlah wisatawan tertinggi telah tercapai dan kawasan ini telah mulai ditinggalkan karena tidak mode lagi, kunjungan ulang dan para pebisnis memanfaatkan fasilitas yang telah ada. Pada tahapan ini terdapat upaya untuk menjaga jumlah wisatawan secara intensif dilakukan oleh industri pariwisata dan kawasan ini kemungkinan besar mengalami masalah besar yang terkait dengan lingkungan alam maupun sosial budaya.
6. Tahap penurunan kualitas (decline) hampir semua wisatawan telah mengalihkan kunjungannya ke daerah tujuan wisata lain. Kawasan ini telah menjadi obyek wisata kecil yang dikunjungi sehari atau akhir pekan. Beberapa fasilitas pariwisata telah diubah bentuk dan fungsinya menjadi tujuan lain. Dengan demikian pada tahap ini diperlukan upaya pemerintah untuk meremajakan kembali (rejuvenate).
7. Tahap peremajaan kembali (rejuvenate), dimana dalam tahapan ini perlu dilakukan pertimbangan mengubah pemanfaatan kawasan pariwisata, mencari pasar baru, membuat saluran pemasaran baru, dan mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain. Oleh sebab itu diperlukan modal baru atau kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.
Dari teori Tahapan Pengembangan Pariwisata (tourism life cycle) kemudian dikaitkan dengan teori tingkat iritasi masyarakat (level of host irritation). Tingkat iritasi masyarakat (level of host irritation) yaitu teori yang mengukur interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal. Dengan mempertimbangkan dampak sosial yang terjadi pada tahapan pengembangan daerah wisata, Doxey (dalam Ryan, 1991: 136) menyimpulkan, bahwa terjadi perilaku spesifik pada masyarakat lokal atas pengaruh pariwisata dari waktu ke waktu.
0 komentar
Posting Komentar