Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 25 November 2009

Legenda REOG PONOROGO dan WAROK


Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.


Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi misitis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional. Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya“.

Legenda Cerita Reog

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

Warok

Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.



Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Syarat menjadi Warok

Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.

Gemblakan

Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak. Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi. Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.

Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.

Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.

Reog di masa sekarang

Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.

Sumber : © 2007 arie saksono

Senin, 16 November 2009

Kisah Perokok Berat


Ada seorang perokok berat sedang naik angkot, saking pecandunya kemana mana pasti sambil menghisap rokok… ketika naik angkot pun dia masih menghisap rokok dengan nikmatnya…hingga ada seorang perempuan seksi yg sedang hamil 3 bulanan menegurnya…

Perempuan : ”Pak! Bapak ini punya sopan santun gak sih, ini kan tempat umum tolong matiin rokoknya.. menggangu si kecil di perut ku tau..!!”

Mendengar ocehan tersebut si bapak merasa tersinggung karena perempuan tersebut berkata di hadapan orang banyak…

si bapak gak mau mengalah dia berfikir sejenak… dan berkata…

Bapak: “Mbak! Mbak ini punya sopan santun gak sih? ini kan tempat umum. mbak berani ya pake rok mini, itu tuh serabi mbak hampir kelihatan.. menggangu "si kecil" di celana saya tau..!!

Rabu, 11 November 2009

Contoh Hasil Translator

Today, following the research professor, can hopefully make additional science research, compiled all the thesis. Actually, this event is very useful, just ikut aja hard ngatur time if it will be doing research. The important endeavor wrote, yes. Interested in the field of tourism economics, pengen examine the "impact analysis on service quality and guest satisfaction the desire to stay for tourists staying at five star hotels Ok Badung regency. The plan would pake SEM, because honestly wrote a desire to learn the use of SEM is very large, so the title and theme is deliberately directed research in order to use this analysis technique. can hope so, because denger-denger, SEM is complicated and should really - really know the concepts and theories from the fields under study ... ... challenging wuaahhh dah ... OK, lets begin the story, hoping for the best and ready for the worst aja ya .... please oa his blessing, readers ...!

Air Terjun Jumog


Air Terjun dengan ketinggian 60 meter ini berada dalam satu wilayah desa dengan Candi Sukuh, diresmikan Bupati Karanganyar pada 7 Agustus 2004. Untuk menuju ke obyek wisata Air Terjun Jumog bisa dengan menggunakan jasa transportasi umum atau naik mobil sendiri. Dari arah manapun tidak akan kesulitan. Rute yang ditempuh sangat indah dan mengesankan, dari Solo ke arah timur melewati jalur ke Tawangmangu, sesampai Pasar Karangpandan sekitar 3 km lagi terdapat Gapura masuk Kawasan wisata Candi Sukuh.

Berbagai fasilitas ada disini. Selain gazebo, ada juga kolam renang, area permainan bumi perkemahan, panggung terbuka dan rumah makan. Wisatawan dapat menikmati keindahan dan eksotiknya air terjun yang membelah perbukitan, loket dibuka pukul 08.00 - 16.30 Wib.
Ingin merasakan ketentraman, kesejukkan dan ke elokkan derasnya air terjun, datanglah ke Jumog bersama keluarga.

Pelatihan Penelitian Dosen Kopertis Wil VIII, 12 Nopember 2009

Hari ini mengikuti penelitian dosen, mudah-mudahan dapat tambahan ilmu buat penelitian, sekalian nyusun tesis.
Sebenarnya acara ini sangat bermanfaat, cuma rada sulit ngatur waktu aja kalau memang nantinya jadi melakukan penelitian.
Yang penting ikhtiar aja, ya. Tertariknya di bidang ekonomi pariwisata, pengen meneliti tentang " analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan tamu dan keinginan untuk menginap bagi wisatawan yang menginap di hotel berbintang Ok lima di Kabupaten Badung. Rencananya mau pake SEM, karena jujur aja keinginan untuk mengetahui penggunaan SEM sangat besar, jadi judul dan tema penelitian sengaja saya arahkan agar dapat menggunakan teknik analisis ini. Mudah-mudahan bisa ya, karena denger-denger, SEM cukup rumit dan harus betul - betul mengetahui konsep dan teori dari bidang yang diteliti...wuaahhh...menantang...
OK dah, lets the story begin, hoping for the best and ready for the worst aja ya....
mohon oa restunya, pembaca...!

Minggu, 08 November 2009

Kisah Malam Pertama


Ada sepasang pengantin baru berada di kamar pengantin, di malam pertama. Pada tengah malam pertama itu, tiba-tiba sang istri menjerit, “Aduuuhh.. Sakiiittt … ! Suaminya lantas menenangkan isterinya, “Jangan nangis Sayang.. Nanti Ibu Bapak dengar.. Mereka mungkin belum tidur tu..” (Kebetulan kamar mertua bersebelahan dengan kamar tidur pengantin).

Tapi kerana tidak dapat menahan rasa sakit itu, isterinya tambah kuat mengerang. Mau tidak mau, sang suami pun berkata, kali ini lebih keras sedikit suaranya: “Sabar Sayang! Tahan saja.. Besok baru cabut.”

Sejak dari tadi, ternyata sang mertua lelaki masih belum tidur. Dia memang dari tadi mendengar anak perempuannya mengerang kesakitan, pada awalnya sang mertua tidak peduli, maklumlah malam pengantin, fikirnya. Tapi kali ini dia sudah hilang kesabaran. Dia bangun dan langsung pergi ke kamar sebelah lalu menendang pintu kamar pengantin sekuat-kuatnya sampai pintu kamar terbuka.

Dengan rasa geram sang ayah mertua berteriak: “Apa-apaan ini? Anak ku bisa mati kalau besok baru kau cabut! CABUT SEKARANG JUGA!” …

Kedua pengantin pun sangat terkejut. Sambil tersipu-sipu sang menantu pun berkata kepada bapak mertuanya: “Pak, sakit gigi nggak akan bikin mati.. Lagipula mana ada Klinik Gigi yang buka 24 jam?

Sabtu, 07 November 2009

Tugas Customer Service 1A

  1. Jelaskan arti penting customer service bagi usaha hotel !
  2. Jelaskan pengertian customer (pelanggan/tamu)!
  3. Jelaskan mengenai tangga loyalitas tamu!
  4. Apakah yang di maksud dengan pelayanan!
  5. Bacalah dengan seksama wacana berikut :

Acara Makan Malam Ms.Jeny di La Belle Femme Restaurant

Ms. Jeny Graham adalah seorang sales executive pada perusahaan property di Nusa Dua. Suatu hari Ms.Jeny memesan paket dinner pada restaurant La Belle femme di Jimbaran untuk melobi kliennya yang bersal dari Perancis. Ms. Jeny memesan ’meja’ untuk empat orang, non smoking area, view menghadap pantai. Ms Jeny sudah mendapat konfirmasi dari restaurant tersebut. Untuk memastikan mendapat pesanan sesuai yang diinginkan, Ms.Jeny membayar deposit sebesar Rp. 200.000-. Ketika waktunya tiba, Ms.Jeny mengajak kliennya menikmati makan malam di restaurant tersebut.

Ms. Jeny sungguh senang, karena ketika tiba di restaurant, host menyambut dengan ramah, dan mengantarkan ke meja yang sesuai dengan ia pesan. Atmosphere restaurant sangat nyaman, elegan, bersih,rapi dan mengesankan. Terlebih lagi Kadek Ayu (Chef de Rank) dan Priambodo (Commis de Rank) yang melayani sangat pandai berbahasa Perancis, bahkan melebihi Ms. Jeny. Di restaurant tersebut juga tersedia fasilitas internet wireless connection, yang memungkinkan tamu untuk terus dapat berkomunikasi dengan ’dunia luar’.

Ms. Jeny dan kliennya memberikan tip kepada Ayu dan Priambodo, mengisi ’Guest Comment Card’ serta ingin kembali lagi ke La Belle Femme Restaurant untuk dinner berikutnya. Bahkan Ms.Jeny ingin menceritakan kepada teman-temannya, pengalaman makan malam yang mengesankan di restaurant itu.

Berdasarkan wacana di atas :

  1. Bagaimanakah pelayanan di restaurant tersebut ?
  2. Hal-hal apakah yang menyebabkan Ms.Jeny puas terhadap restaurant tersebut?
  3. Menurut saudara, bagaimana bagaimana comment yang diberikan Ms.Jeny pada Guest Comment Card, khususnya terhadap Ayu dan Priambodo, serta fasilitas restaurant?
  4. Dilihat dari tangga loyalitas tamu, pada level manakah Ms.Jeny berada? Jelaskan!
  5. Menurut pendapat saudara, jika restaurant terebut mampu mempertahankan kualitas pelayanan, bagaimana masa depan restaurant tersebut?

Sekapur Sirih untuk Pembaca

Dear Pembaca,
Tujuan saya membuat blog Bali and Global Tourism adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Pariwisata sendiri merupakan industri yang sangat kompleks, dimana didalamnya terdapat banyak cabang ilmu mulai dari ekonomi, hukum, sosial, budaya, bahasa, teknologi informasi dan banyak lagi. Semuanya memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerhati pariwisata.

Adapun sumber penulisan adalah berasal dari tugas-tugas yang penulis kerjakan selama mengikuti perkuliahan pada 1) Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, 2) Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Magister Manajemen, 3) Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Kajian Pariwisata, 4) Materi Kuliah yang penulis ajarkan kepada mahasiswa : Mapindo, STIPAR Triatma Jaya dan STIE Triatma Mulya, 5) Orasi Ilmiah dan karya ilmiah penulis

Mengingat Pariwisata sendiri adalah ilmu yang masih baru berkembang dan terdiri dari berbagai komponan ilmu pengetahuan lainnya yang saling mendukung, diharapkan para pembaca tidak mengartikan tulisan-tulisan yang ada dalam blog ini adalah 'gado-gado'. Sebagai contoh, dalam pariwisata terdapat ilmu pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, lingkungan, hukum dsb, kesemuanya itu berada dalam bingkai pariwisata.

Penulis berterima kasih atas keritik dan saran, semoga blog ini ada manfaat bagi pembaca sebagai sarana menambah khasanah pengetahuan pariwisata dan pengembangan pariwisata itu sendiri. Sekali lagi, terima kasih.

Pemasaran Jasa

Produsen tidak saja menyalurkan benda-benda berwujud saja, tapi juga benda-benda tidak berwujud. Sifat perusahaan yang menghasilkan jasa ialah bahwa jasa-jasa itu tidak ditimbun, atau ditumpuk dalam gudang, seperti barang-barang lainnya, sambil menunggu saat penjualan.

Tjiptono (2002:1) menyebutkan, jasa merupakan bagian dari kelompok produk yang berupa aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Kotler dan Armstrong (2001:344) menyebutkan, jasa merupakan segala aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh suatu kelompok kepada yang lainnya, yang pada dasarnya tidak nyata dan tidak berakibat pada kepemilikan apapun.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disebutkan bahwa pemasaran jasa merupakan kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan suatu tindakan atau kegiatan yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun kepada kelompok pembeli.

Pengertian Konsep Pemasaran

Falsafah pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli/konsumen dan mendapat keuntungan. Jadi pada hakekatnya konsep pemasaran yang terintegrasi dalam masing-masing tahap dan operasi bertujuan menimbulkan kepuasan pembeli sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan.

Swastha dan Sukotjo (2000:177) menyebutkan, konsep pemasaran adalah sebuah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kotler dan Armstrong (2001:2) menyebutkan, bahwa untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.

Sulastiyono (1999:262) menyebutkan, konsep pemasaran bagi jasa perhotelan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu usaha untuk mempertemukan produk yang dihasilkan oleh hotel dengan calon tamu yang akan mengkonsumsi produk tersebut. Agar produk yang dihasilkan oleh hotel (nyata/tidak nyata) dibeli oleh tamu, maka produk tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta sesuai dengan keinginannya.

PENGERTIAN PEMASARAN

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengembangkan usaha dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Swastha dan Sukotjo (2000:177) menyatakan, pemasaran adalah suatu sistem dari keseluruhan kegiatan bisnis yang ditujukan untuk perencanaan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun kepada pembeli potensial.

Kotler dan Armstrong (2001:2) menyatakan, mpemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi di atas dapat diartikan bahwa pemasaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen meliputi perencanaan, penentuan harga, mempromosikan serta mendistribusikan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dan kebutuhan manusia melalui proses penjualan.

KINERJA PERUSAHAAN SEKTOR HOTEL DAN TRAVEL SERVICE PASCA TRAGEDI BOM BALI



1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian Indonesia sampai saat ini masih dalam proses untuk mencapai keadaan yang di cita-citakan. Setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 dan gejolak politik, pemerintah terus berusaha memperbaiki keadaan ekonomi melalui berbagai macam kebijakan kebijakan. Kondisi ekonomi saat ini sudah mulai membaik dimana iklim investasi di Indoneia sudah mulai bergairah, tercermin pada suku bunga deposito yang tercermin pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Nilai Sertifikat Bank Indonesia per Bulan Periode 2004-2006

No.

Periode

Tahun



2004 (%)

2005 (%)

2006 (%)

1

Januari

7,86

7,42

12,75

2

Pebruari

7,48

7,43

12,74

3

Maret

7,42

7,44

12,73

4

April

7,33

7,70

12,74

5

Mei

7,32

7,95

12,50

6

Juni

7,34

8,25

12,50

7

Juli

7,36

8,49

12,25

8

Agustus

7,37

9,51

11,75

9

September

7,39

10,00

11,25

10

Oktober

7,41

11,00

10,75

11

Nopember

7,41

12,25

10,25

12

Desember

7,43

12,75

9,50



Rerata

7,43

9,18

11,83

Sumber : www.bi.go.id

Meskipun suku bunga deposito pada tahun 2004, 2005 dan 2006 menunjukkan trend meningkat, yakni 7,43%, 9,18% dan 11,83% akan tetapi pada akhir periode tahun 2006 yakni pada bulan desember menunjukkan penurunan yakni 9,50%. Hal ini menunjukkan pemerintah berupaya untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada pasar modal di Indonesia yang semakin bergairah tercerminpada perkembangan jumlah emiten yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir seperti pada tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Emiten, Emisi Saham dan Nilai Emisi di Pasar

Modal Indonesia Tahun 2002-2006

Akhir Periode

Jumlah Emiten

Emisi Saham

(Ribu Lembar)

Nilai Emisi

(Miliar Rupiah)

2002

2003

2004

2005

2006

401

411

424

432

444

876.514.940.846

905.965.298.797

922.131.623.694

963.702.110.002

1.125.215.354.761

241.310,30

251.276,90

255.760,76

267.290,68

312.087,70

Sumber : www.bi.go.id

Dari data di atas, dapat dilihat jumlah emitent, emisi saham dan nilai emisi saham terus meningkat dari tahun 2004 s/d tahun 2006 yang menunjukkan iklim investasi semakin bergairah. Kondisi ini mencerminkan kegiatan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan .

Pariwisata merupakan satu sektor yang berperan dalam meningkatan perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sektor pariwisata mampu menjadi motor perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja dan menghidupkan usaha kecil dan menengah. Namun demikian, sektor pariwisata memiliki kelemahan, yakni sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Tragedi bom di Bali I dan II menyebabkan perkembangan sektor pariwisata menjadi terhambat perkembangannya. Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan sektor pariwisata di Indonesia.

Tabel 1.3 Beberapa Indikator Perkembangan Pariwisata



2004

2005

2006

Jumlah Devisa (US$ Milyar)

4,80

4,52

4,45

Kontribusi Pariwisata thd Total Ekspor (%)

10,42

9,32

11,64

Kunjungan Wisman ke Indonesia (ribuan orang)

5.321

5.002

5.000

Sumber : Pusat Data dan Informasi Depbudpar (2006)

Dari data pada Tabel 1.3 diatas, dalam kurun waktu 2004 s/d 2006, dapat dilihat bahwa jumlah devisa yang diterima dari sektor pariwisata mengalami penurunan dari US$ 4,8 milyar, 4,5 milyar dan 4,45 milyar. Demikian juga kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan. Namun demikian kontribusi pariwisata terhadap total ekspor mengalami peningkatan pada tahun 2005-2006 yakni dari 9,32% menjadi 11,64%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sektor pariwisata secara umum mengalami pertumbuhan yang menurun tetap mampu memberikan kontribusi yang semakin meningkat terhadap perekonomian Indonesia.

Pertumbuhan pariwisata tidak terlepas dari kinerja perusahaan-perusahaan yang terlibat didalam industri pariwisata itu sendiri. Makin baik kinerja perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam industri pariwisata, maka akan mampu meningkatkan pertumbuhan industri pariwisata. Demikian pula sebaliknya, kondisi pariwisata yang kurang baik tentunya akan mempengaruhi kinerja perusahaan – perusahaan yang bergerak di industri tersebut. Salah satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan adalah EVA (Economic Value Added), karena penggunaan konsep EVA (nilai tambah ekonomi) membuat perusahaan lebih memfokuskan pada penciptaan nilai perusahaan (Siddharta Utama, 1997). EVA merupakan suatu konsep pengukuran dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai perusahaan, dengan kata lain EVA mampu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam industri pariwisata, dapat dilihat pada perusahaan yang terdaftar sebagai emitent di Bursa Efek Jakarta. Bursa Efek Jakarta yang merupakan pasar modal terbesar di Indonesia merupakan salah satu indikator dalam melihat keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia. Oleh karenanya perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta tentunya memiliki kredibilitas dan akuntabilitas yang tinggi.

2. Rumusan masalah

a. Bagaimana kinerja perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor pariwisata di Bursa Efek Jakarta pasca tragedi Bom Bali I dan II?

b. Berapa besar pengaruh kinerja perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor pariwisata di Bursa Efek Jakarta terhadap penerimaan devisa dari sektor pariwisata di Indonesia pasca tragedi Bom Bali I dan II?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kinerja perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor pariwisata di Bursa Efek Jakarta pasca tragedi Bom Bali I dan II.

  1. Untuk mengetahui pengaruh kinerja perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor pariwisata di Bursa Efek Jakarta terhadap penerimaan devisa dari sektor pariwisata di Indonesia pasca tragedi Bom Bali I dan II

4. Kajian Pustaka

  1. Pasar Modal

1) Pengertian pasar modal

Menurud Suad Husnan (1998 : 3), pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas). Jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, obaik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authotitires, maupun perusahaan wasta.

Menurut Tandelilin (2001 : 25) pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak. Sedangkan dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa lembar surat-surat berharga di bursa efek. Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang memiliki dana (investor) dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana (untuk ekspansi usaha ataupun untuk memperbaiki struktur modal perusahaan).

2) Fungsi pasar modal

Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995

a) Menyediaan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

b) Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

c) Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.

d) penyebraan kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

e) Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.

f) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

g) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

  1. Bursa Efek Jakarta

1) Sejarah Bursa Efek Jakarta

Menurut Husnan (1998), bursa efek adalah merupakan perusahaan jasa yang kegiatan utamanya adalah menyelenggarakan kegitan sekuritas di pasar sekunder. Perdagangan sekuritas di BEJ dilakukan pada tiga segmen yaitu pasar reguler, pasar non reguler, dan pasar tunai. Perdagangan reguler adalah tempat bagi para pemodal yang ingin memperoleh harga terbaik bagi sekuritas mereka. Pada perdagangan ini harga terbentuk sesuai dengan mekanisme pasar. Perdagangan non reguler akan dipilih para pemodal yang ingin membeli atau menjual sekuritas dalam jumlah dan harga yang sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri. Sedangkan perdagangan tunai ditujukan kepada para pialang yang tidak mampu menyerahkan sekuritas yang diperdagangkan pada hari kelima setelah transaksi (t+4).

2) Produk Bursa Efek Jakarta

Sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan di BEJ adalah saham biasa, saham preferen, obligasi, right issue penawaran dan reksadana.

  1. Economic Value Added (EVA)

EVA merupakan suatu konsep pengukuran kinerja perusahaan yang dikembangkan oleh Steven Steward Management Services dari New York. Langkah sukses Coca Cola menggunakan EVA sejak tahun 1988 diikuti oleh banyak perusahaan besar Amerika lainnya yaitu antara lain : AT&T, Brigg & Stratton, Chrysler, Compaq Company, General Electric, Quacker Oats dan Scott Paper (Dodd dan Chen, 1997). Steven Steward menghitung EVA sebagai laba operasi setelah pajak (after tax operating income) yang dikurangi dengan total biya modal (total costs of capital), dimana total biaya modal adalah tingkat biaya modal dikali total modal yang diinvestasikan. Secara sistematis perhitungan EVA sebagai berikut :

EVA = Laba operasi sesudah pajak – Total biaya modal

= Laba operasi sesudah pajak – (Tingkat biaya modal x modal yang

diinvestasikan).

Perhitungan EVA menurut Lee dalam Utama (1997 : 11), bahwa EVA meliputi laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham dan biaya modal atas ekuitas. Persamaan matematis adalah EVA = Laba bersih – Biaya modal atas ekuitas.

Mengingat tujuan perusahaan yang berorientasi pada nilai adalah untuk memaksimalkan kelebihan pengembalian, maka untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham, perusahaan harus memperoleh pengembalian atas modal investasi (return invested capital) melebihi biaya modal (cost of capital), (O’Byrne, 2001).

Perhitungan EVA diperoleh dari selisih Net Operating After Tax (NOPAT) dengan capital invested. Net Operating After Tax (NOPAT) atau laba bersih operasi setelah pajak merupakan penjumlahan dari laba usaha, penghasilan bunga, beban/penghasilan pajak, tax shield atas beban bunga, bagian atas laba/rugi lain-lain yang terkait dengan operasional perusahaan. Capital charge secara matematis merupakan Weighted Average Cost of Capital (WACC) dikali invested capital. Hal ini menunjukkan seberapa besar opportunity cost modal yang disuntikkan kreditor maupun pemegang saham. Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah tingkat return minimum yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditor dan pemegang saham. Invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya kapital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemegang saham, serta berapa besar kapital yang diinvestasikan dalam aktivitas, operasional dan non operasional lainnya. Invested capital dihitung dari jumlah utang bank jangka pendek, pinjaman bank/sewa guna/obligasi jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun, utang bank/sewa guna usaha/obligasi jangka panjang dan ekuitas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan benar-benar menguntungkan dan menciptakan nilai jika dan hanya jika labanya melebihi biaya semua modal yang digunakan untuk membiayai operasi atau penghaislan perusahaan harus mencukupi tidak hanya biaya operasi tetapi juga biaya modal. Hal ini sesuai dengan pendapat Brigham dan Houston (1998 : 404). Ukuran konvensional kinerja yaitu laba bersih, hanya memperhitungkan biaya hutang, yang diperlihatkan pada laporan keuangan sebagai beban bunga, tetapi tidak mencerminkan biaya ekuitas. Karena itu, suatu perusahaan dapat melaporkan laba bersih yang positif walaupun masih tidak menguntungkan secara ekonomis jika laba bersih lebih kecil daripada biaya ekuitas. EVA memperbaiki kekurangan ini dengan memperkenalkan ukuran kinerja perusahaan yang lebih tepat, yang memperhitungkan biaya modal ekuitas sehingga dapat diketahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.

  1. Biaya Modal (Cost of Capital)

Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiaya operasi perusahaan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal berupa modal sendiri maupun pinjaman dari pihak lain berupa hutang. Dana tersebut mempunyai biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.

Biaya modal merupakan semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana. Biaya yang dikeluarkan ini bisa bersifat eksplisit seperti biaya bunga, maupun bersifat implisit yakni biaya yang dikeluarkan pda saat jatuh tempo.

Weston dan Brigham (1995) menjelaskan biaya modal adalah tingkat hasil yang harus dicapai sehingga nilai perusahaan dan harga pasar saham perusahaan tidak turun. Sumber modal utama yang ditanamkan akan menentukan besarnya biaya modal. Dengan biaya modal ini akan ditentukan dasar untuk memilih rencana investasi yang akan dilakukan.

Dengan demikian konsep biaya modal menggambarkan suatu tingkat keuntungan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlepas dari kepentingan (harapan) investor. Hubungan ini mengindikasikan bahwa konsep modal didasarkan pada tujuan utama perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

  1. Pariwisata

Bila pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah terhadap barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk, baik yang nampak/nyata (tangible product) maupun yang tidak nampak/tidak nyata (intangible product).

Menurut MC.Intosh dan Goeldner (1984:4) mendefinisikan pariwisata sebagai:Sekumpulan fenomena dan hubungan yang tumbuh dari interaksi antara para wisatawan (para pelancong), para pengusaha denga pemerintah dan masyarakat tuan rumah. Interaksi itu terjadi dalam suatu proses dimana pemerintah dan masyarakat tuan rumah berusaha untuk mempengaruhi para wisatawan dan pengunjung lainnya tersebut untuk singgah di tempat daerah atau negara yang mereka kunjungi. Kepariwisatan adalah sekumpulan kegiatan-kegiatan, pelayanan-pelayanan, dan industri-industri yang dapat memberikan pengalaman-pengalaman perjalanan.

Definisi Pariwisata menurut Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990, sebagai berikut: Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.

  1. Identifikasi Variabel

Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah, nilai tambah ekonomi (economic value added/EVA), dan indikator pertumbuhan pariwisata

  1. Definisi Operasional Variabel

1) Nilai tambah ekonomi (economic value added/EVA), merupakan selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan biaya modal pada perusahaan-perusahaan pada sektor hotel dan travel service di Bursa Efek Jakarta. Dalam hal ini biaya modal adalah biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dikalikan invested capital. Pernyataan tersebut dirumuskan sebagai berikut :

EVA = Laba operasi sesudah pajak – Total biaya modal

= Laba operasi sesudah pajak – (Tingkat biaya modal x

modal yang diinvestasikan).

2) Indikator pertumbuhan pariwisata di Indonesia, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pariwisata di Indonesia.

  1. Obyek Penelitian

Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah :

1) Seluruh perusahaan yang bergerak pada sektor hotel dan travel service pada Bursa Efek Jakarta setelah Tragedi Bom Bali I, yakni periode 2002 sampai dengan 2007

2) Seluruh faktor-faktor yang dapat menunjukkan pertumbuhan pariwisata di Indonesia, setelah Tragedi Bom Bali I, yakni periode 2002 sampai dengan 2007

  1. Metode Penentuan Sampel

Pengumpulan data dilakukan melalui riset perpustakaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan buku-buku literatur, majalah ilmiah dan jurnal yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data sekunder dari sumber eksternal ini menggunakan tehnik dokumentasi di BEJ, dan observasi pada berbagai sumber data seperti laporan tahunan Indonesian Capital Market Directory dan www.jsx.co.id

  1. Jenis Data

1) Data kuantitatif yaitu data yang berupa atau berbentuk angka-angka seperti laporan neraca dan laporan rugi laba.

2) Data kualitatif yakni data yang tidak berbentuk angka atau bilangan (tidak dapat dinyatakan dengan bilangan), seperti nama perusahaan.

  1. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini model yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang diteliti adalah dengan menggunakan regresi sederhana. Analisis ini dipakai untuk mengetahui ketergantungan variabel terikat dengan variabel bebas dengan atau tanpa variabel moderat. Selanjutnya dengan analisis ini digunakan untuk memprediksi arah dan besarnya hubungan tersebut serta untuk mengukur signifikansi hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Bentuk dari model persamaan regresi linier berganda secara matematis adalah sebagai berikut :

Y = a + ßX + U

Dimana :

Y = Pertumbuhan pariwisata di Indonesia pasca Bom Bali I

X = EVA dari perusahaan sektor hotel dan travel service pasca Bom Bali I

a = Konstanta

ß = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen

U = Disturbance error

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E.F. dan Houston, J.F., 1998. Fundamental of Financial Management. Eight Edition. Diterjemahkan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo. 2001. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Dodd, J.L. and Chen, S., 1997. EVA : An Empirical Examination of A New Corporate Performance Measure. Journal of Management Issues. Vol. IX Number 3.

Husnan-Suad. 1998. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Yogyakarta. BPFE.

Weston dan Brigham, E.F., 1995. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Tandelilin-Eduardus, 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta. BPFE

Gujarati, D , 1996 , Ekonometrika Dasar, Diterjemahkan Oleh : Sumarno Zein, Jakarta., Erlangga

Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995

Young, S.D. and O’ Byrne, S.F., 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. McGraw-Hill. Diterjemahkan oleh Lusy Widjaja. 2001. Salemba Empat. Jakarta