Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 12 Januari 2010

Peranan Hospitality Tourism dalam Pengembangan Pariwisata Masa Depan Bali

Peranan Hospitality Tourism dalam Pengembangan Pariwisata Masa Depan Bali

Abstrak
Pariwisata merupakan urat nadi pertumbuhan ekonomi di Bali. Untuk dapat berkembang, pariwisata membutuhkan dukungan dari segenap masyarakat Bali dalam menciptakan suasana yang hangat dan nyaman bagi wisatawan. Suasana tersebut akan tercipta jika seluruh masyarakat Bali mengamalkan konsep hospitality dalam seluruh sendi kehidupannya. Paper ini mencoba memberikan suatu deskripsi mengenai keterkaitan hospitality terhadap pariwisata masa depan, sampai dengan manfaat ekonomi yang diberikan kepada masyarakat Bali pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Oleh karenanya hospitality seharusnya merupakan nafas bagi seluruh masyarakat Bali, dan jika hal ini terjadi, maka masa depan pariwisata Bali tentu akan menjadi lebih baik.


Pendahuluan
Hospitality memiliki arti keramah tamahan, kesopanan, keakraban, rasa saling menghormati. Jika dikaitkan dengan industri pariwisata, dapat diibaratkan bahwa hospitality merupakan roh, jiwa, semangat dari pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata, maka seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang tidak memiliki nilai untuk dijual (S.Pendit, 2007 : 152)
Katan (2009 : 45-60) menyatakan bahwa keramahan yang dimiliki orang Indonesia menjadi salah satu alasan kuat wisatawan mancanegara berkunjung ke negeri ini. Hal ini merupakan amunisi untuk membangkitkan sektor pariwisata Indonesia.Sepanjang 2009 ini, Indonesia kerap dirundung permasalahan instabilitas keamanan, politik dan bencana alam yang membuat orang asing enggan berkunjung. Sebut saja pengeboman Hotel FW Marriot dan Ritz Carlton di Kuningan, Jakarta.
Gempa bumi, kebakaran hutan dan berbagai bencana alam yang tak kunjung usai menerpa Republik ini. Fakta itu membuat citra Indonesia terpuruk di kalangan orang asing.Hasil survei The Smiling Report pada 2009 yang menyebutkan Indonesia merupakan negara yang paling murah senyum, setidaknya memberikan secercah harapan bagi bangsa ini.
Indonesia masih terkenal dengan keramahtamahannya dan senyumnya, walau negeri ini kerap dilanda berbagai konflik sosial. Karena itu, minat wisatawan asing berkunjung ke Indonesia tidak pernah surut lantaran penduduk di negeri ini dikenal dengan keramahannya, khususnya lewat senyuman.
Pariwisata sendiri merupakan sebuah industri yang menjual sebagian besar aspek , intangible, misalnya rasa nyaman, aman, tenang bagi wisatawan, demi tercapainya kepuasan wisatawan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan kepuasan bagi wisatawan sesungguhnya meliputi banyak hal, mulai dari wisatawan tersebut berpikir tentang Bali, memutuskan untuk berlibur ke Bali, penyambutan pada saat tiba di Bali, pada saat menginap dan melakukan kegiatan wisata, sampai saat wisatawan tersebut pulang ke negaranya masing-masing.
Pada dasarnya semua DTW di dunia ini mampu menawarkan produk barang yang berkualitas tinggi, namun sifat produk barang (goods) sangat mudah ditiru oleh pesaing. Seperti Singapore memiliki patung Merlion, dimana Bali mampu membuat patung Merlion jauh lebih baik. Satu hal yang sangat sulit ditiru oleh pesaing, adalah produk jasa (service) yang meliputi; keramah tamahan, sikap, tingkah laku, ketepatan waktu, keandalan, responsive, nyata, reliable, jaminan dan empati.
Pemikiran tentang pariwisata masa depan, pelaku sector informal dalam pembentukan citra daerah tujuan wisata, pengelolaan usaha pariwiata yang berorientasi kepada kepuasan, pencitraan, sampai pada manfaat ekonomi pariwisata yang berakhir pada kesejahteraan masyarakat Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Pembahasan
1. Pariwisata Masa Depan
Prospek pariwisata ke depan sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar (Suwena,2009 : 17), terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,049 milyar pada tahun 2010 dan 1,602 milyar tahun 2020, diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada dikawasan Asia Timur dan Pasifik. Menyimak fenomena diatas tentunya setiap negara yang mengandalkan sektor pariwisata untuk memajukan kesehteraan rakyatnya tentunya akan berusaha merebutkan pangsa pasar yang menggiurkan tersebut. Indonesia tentunya tidak membiarkan pangsa pasarnya direbut oleh negara lain dan menetapkan berbagai strategi untuk memenangkan persaingan tersebut.
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi kedepan dalam industri pariwisata, sebagai berikut:
a. Perubahan Pola Konsumsi, wisatawan tidak terlalu memilih 4S (Sun, Sea, Sand dan Sex), tetapi lebih memilih alternative tourism seperti : green tourism, cultural tourism, heritage tourism, spiritual tourism dan seluruh kegiatan wisata yang peduli pada kelestarian alam (eko tourism)
b. Demorafi dan Trend Sosial, sangat berpengaruh dalam membentuk permintaan, misalnya semakin banyak orang-orang yang berusia tua pada negara penghasil wisatawan patut dicermati oleh para pelaku pariwisata di daerah tujuan wisata. Demikian pula trend sosial yang terjadi, misalnya perkawinan pada usia tua (40 tahun keatas), menunda kelahiran anak/bahkan hidup tanpa anak, meningkatnya jumlah orang tidak menikah, serta semakin banyaknya wanita yang berwisata.
c. Perkembangan Politik, runtuhnya faham komunis berganti dengan faham liberal, membuat situasi semakin terbuka dan tidak tersekat. Hal ini lebih memungkinkan orang-orang unutk melakukan kegiatan wisata.
d. Perkembangan Transportasi, dengan berkembangnya transportasi udara, laut maupun darat yang semakin semakin membuka aksesibilitas, dipastikan akan membawa perubahan karena akan mempermudah dan mempercepat perjalanan.
e. Pengaruh dan Trend lain, pemanasan global dan pengikisan lapisan ozon hal ini akan mengubah garis pantai dan abrasi terus menerus. Hal ini berarti wisata pantai akan semakin terbatas, bahkan suatu saat nanti wisata pantai tentunya menjadi langka, hal ini menyebabkan wisata virtual akan semakin berkembang.
Hal ini disebabkan oleh :
a. Wisatawan Baru, dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan latar belakang lingkungan yang lebih maju akan merubah kebiasaan-kebiasaan dan pola-pola berwisata yang sudah ada sebelumnya
b. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, pembangunan berkelanjutan merupakan konsep alternatif yang ada pada kutub yang berlawanan dengan konsep pembangunan konvensional, karena pembangunan berkelanjutan mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia , terbukanya pilihan bagi generasi mendatang, pengurangan ketidak adilan dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat.

2. Pelaku Sektor Informal dan Citra Pariwisata
Alasan pelaku menyimpang para pelaku sektor informal dalam melayani wisatawan yang yang berkunjung ke Obyek dan Daya Tarik Wisata adalah sebagai berikut (Ariana, 2009 : 16) : (i) tidak ikut terlibat dalam mejaga kebersihan objek, (ii) kurang memperhatikan kebersihan dan kerapian penampilan diri karena sudah menjadi kebiasaan, (iii) tidak menangani dengan baik bila ada wisatawan complain, karena meniru teman, (iv) kurang siap membantu wisatawan pada saat dibutuhkan karena tidak pernah mendapat pelatihan, (v) kurang cepat dan tepat dalam memberikan pelayanan karena bersaing dengan teman, (vi) kurang tepat saat membantu wisatawan, karena meniru teman,(vii) kurang memahami bahasa asing, (viii) tidak memberikan jaminan keamana, karena fasilitas masaih kurang, (ix)tidak jujur dan ramah, (x)kuranng memikir keinginan wisatawan dan tidak berfikir repeat bussiness.

3. Pariwisata Alam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal
Pariwisata alam merupakan industri yang bersifat non-ekstaktif dan mampu menciptakan beragam manfaat ekonomi bagi masyrakat. Ini menunjukkan bahwa pariwisata alam mempunyai peran penting dalam konteks pembangunan berkelanjutan, karena di satu sisi menyediakan rangsangan dalam upaya konservasi pemanfaatan kawasan terlindungi dan di sisi lain memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi masyarakat, terutama di wilayah pedesaan yang biasanya berada di sekitar komponen produk pariwisata alam. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pariwisata alam dapat menciptakan suatu bentuk perpaduan dan hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara pembangunan ekonomi masyarakat dan upaya konservasi. Berkaitan dengan itu maka penemukenalan peluang pekerjaan, perbaikan prasarana dan sarana serta aturan pengelolaan lingkungan bagi masyarakat menjadi langkah awal dalam inisiatif pembangunan pedesaan di sekitar kawasan konservasi sumber daya alam.

4. Pengelolaan Kepuasan Wisatawan
Kepuasan wisatawan merupakan satu hal yang harus diperhatikan. Pengalaman menunjukkan, dari sisi pelayanan teknologi informasi pendekatan komprehensif, informasi yang akurat, sangat membantu proses perbaikan pelayanan dalam organisasi. Oleh karenanya, perusahaan-perusahaan yang bergerakn di bidang pariwisata harus memastikan diri untuk fokus dalam keakuratan pengumpulan data-data dan proses perubahan-perubahan dimana kesemuanya itu merupakan bagian dari sebuah perencanaan pemasaran. Program kepuasan wisatawan yang baik merupakan program yang berkelanjutan dan komprehensif dengan memperhatikan proses pengelolaan mulai dari input sampai dengan output.


5. Kinerja Penyesuaian Resiko: Sebuah Analisa pada Sektor Usaha Restaurant
Meskipun judul diatas cenderung mengarah kepada aktifitas moneter pariwisata, namun fenomena ini menunjukkan betapa sektor restauran menjadi primadona dalam pembentukan portofolio saham. Ini berarti kinerja sektor restauran mempengaruhi hajat hidup orang banyak, sehingga kebijakan-kebijakan dalam menyusun potofolio yang melibatkan sektor restauran ini perlu mendapat perhatian khusus.
Kinerja restauran yang merupakan fasilitas pariwisata dapat diukur dari: pendapatan, jumlah tamu yang makan dan minum serta kepuasan tamu yang makan dan minum. Kinerja dikatakan baik jika angka-angka pada indikator-indikator tersebut menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke tahun dan tentunya berada diatas rata-rata industri. Untuk mencapai kondisi tersebut, dibutuhkan pengelolan yang holistik, komprehensif dan berkelanjutan. Dari sisi produk, satu hal yang perlu diperhatikan adalah jasa pelayanan. Setiap restauran tentunya mampu membuat masakan yang enak, akan tetapi belum tentu setiap restauran mampu memberikan pelayanan yang memuasakan. Disinilah critical poin untuk menciptakan diferensiasi . fenomena diatas menunjukkan bahwa pelayanan merupakan kunci utama untuk mencapai peningkatan kinerja perusahaan. Menurut Kim dan Gu (2003):200 lebih dari 10 tahun terakhir, industri restauran telah memainkan peranan penting dalam perekonomian Amerika Serikat. Salah satu hal yang diperhatikan pialang daloam menyusun portofolio saham adalah kinerja keuangan restauran dari tahun ke tahun, dimana kinerja ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pelayanan.

6. Pemasaran Merk (Studi kasus pada hotel)
Menurut Growers (2006:3) pemasaran merk menjadi sangat penting bagi hotel, portofolio merk yang kuat adalah hal yang menjadi tren dalam industri perhotelan. Hal ini disebabkan karena (i) pertumbuhan keberagaman konsumen yang sanagt berhubungan dengan merk sebagai arahan untuk memenuhi kebutuhan mereka (ii) kebutuhan investor akan merk yang memberikan kesempatan-kesempatan bagi pengembangan investasi (iii) pertumbuhan kreditur yang semakin membutuhkan merk yang menunjukkan kestabilan arus kas sebagai dasar untuk pemberian bantuan pendanaan.
Kebujakan merk merupakan satu siklus yang tidak bisa lepas dari kualitas pelayanan khas yang ingin ditampilkan pada setiap merk. Pengelolaan jasa memiliki peran yang strategis untuk dapat menjaga kualitas jasa yang diharapkan untuk masing-masing merk. Sekali lagi disini kualitas jasa merupakan langkah awal yang mendasari berbagai kebijakan merk. Dengan pengelolan jasa yang baik, maka sebuah merk diharapkan memiliki siklus hidup yang lebih panjang dan dapat memberikan solusi yang dapat memberikan rejuvinasi.


Penutup
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pariwisata merupakan sebuah industri lintas sektoral, melibatkan banyak sektor yang saling berkait satu dengan lainnya. Namun demikian,yang menjadi roh dalam pariwisata adalah tetap hospitality yakni keramah temahan. Berawal dari keramah tamahan sebagai pusat perhatian bagi pengembangan pariwisata, maka diharapkan dapat menjawab tantangan masa depan pariwisata.

Disini penulis sengaja menampilkan jurnal-jurnal yang memiliki keterkaitan sedikit diluar tema hospitality, seperti misalnya tinjauan dari sisi financial, pemasaran dam sosial budaya. Hal ini dimaksudkan sebagai ajang melatih kemampuan berpikir penulis sendiri dalam membuat tulisan yang lebih bervariasi dan lebih’menantang’ untuk berpikir holistik dan komprehensif.




Daftar Pustaka
Suwena, Ketut.(2009).Pariwisata Masa Depan. Analisis Pariwisata vol 9 No 1 Tahun 2009. Universitas Udayana : Bali
Ariana, Nyoman.(2009). Patologi Sosial dalam Pariwisata : Pelaku Sektor Informal dan Citra Pariwisata Kintamani. Analisis Pariwisata vol 9 No 1 Tahun 2009. Universitas Udayana : Bali
Adikampana, Made. (2009). Pariwisata Alam dan Pembangunan Ekonomi
Masyarakat Lokal. Analisis Pariwisata vol 9 No 1 Tahun 2009.
Universitas Udayana : Bali
Steinberg, Naomi. (2002). Kronos Incorporated: Managing and Marketing Customer
Satisfaction. ITSMA Reproduction Prohibited.
Hyunjoon Kim dan Zheng Gu. (2003). Risk Adjusted Performance: A Sector Analysis
of Restaurant Firms. Journal of Hospitality & Tourism Research.
Growers, Peter. (2006). Introduction to Brand Marketing. Intercontinental Hotel
Group: USA.

0 komentar

Posting Komentar