Sadarkah kita? Kota Kudus kita tercinta ini, menyimpan berbagai potensi pariwisata? Namun, mengapa kita bukannya mengunjungi wisata di Kudus yang kaya ini, malah mengunjungi pariwisata di kota orang lain? Ini sangat ironi, memiliki banyak potensi pariwisata di kota sendiri, namun malah lebih memilih untuk mengunjungi wisata di kota orang lain.
Pasti, tak lain dan tak bukan, kita anak-anak muda kebanyakan lebih memilih untuk berekreasi ke Bali, Bandung, Tawang Mangu, dan tempat wisata tersohor lainnya. Mengapa kita tak memilih untuk berekreasi di kota kita sendiri? Pasti kebanyakan generasi muda akan menjawab, “Gengsi dong, nggak gaya lah, kalo refreshing cuma di sini-sini aja. Udah tempatnya kotor, sepi, nggak asik pula. Masa rekreasi di Kudus? Nanti kalo ditanyain sama temen dari luar kota gimana? Jadi malu dong. Bisa-bisa malah balik nanya Kudus itu makanan apa”.
Itulah kurang lebih jawaban kebanyakan generasi muda saat ini jika ditanyai dengan pertanyaan seperti itu. Cenderung malu untuk membanggakan kota mereka sendiri. Bahkan mungkin ada yang segan untuk menyebutkan daerah asalnya, Kudus. Ini adalah anggapan generasi muda yang benar-benar salah.
Coba kita lihat, Kota Kudus kita tercinta ini sebenarnya memiliki banyak potensi, salah satunya dalam bidang pariwisata. Banyak obyek wisata yang dimiliki kabupaten ini. Mulai dari wisata religi, alam, bahkan arkeologi. Kita lihat saja Situs Patiayam. Situs patiayam merupakan salah satu pusat arkeologi di Indonesia. Namun mengapa pamor Situs Patiayam kalah jauh jika dibandingkan dengan Sangiran? Salah satu faktornya adalah kurangnya kepedulian masyarakat terutama generasi muda untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan situs tersebut. Tak usah terlalu jauh, untuk melirik ke sana, kebanyakan generasi muda saja enggan, apalagi untuk mengunjunginya. Berbagai macam alasannya, tempatnya tidak strategis lah, kumuh lah, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya anggapan seperti itu adalah perwujudan sikap mereka sendiri. Kita sebagai generasi muda, harus berani untuk merubah sesuatu yang kecil untuk menjadi lebih besar. Itulah jiwa yang tak dimiliki oleh sebagian besar generasi muda. Mereka lebih me-vonis sesuatu itu buruk, daripada mengubahnya untuk lebih baik. Coba kita pikir, bila seandainya pemerintah, masyarakat, beserta generasi muda bekerja sama untuk mengembangkan potensi tersebut. Generasi muda membuat ide-ide baru untuk mempromosikan pariwisata kita, lalu masyarakat berbondong-bondong untuk merawat obyek tersebut, serta pemerintah membantu dalam pelaksanaannya, memberikan bantuan pada lembaga yang bertugas untuk mengelola obyek wisata tersebut, sehingga terjadi kerjasama yang harmonis antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda. Bila hal tersebut dalam dilaksanakan, bukan idak mungkin Situs Patiayam akan lebih tersohor namanya dibandingkan Sangiran.
Jadi, mengapa kita tak mengembangkan potensi yang ada di daerah Kudus? Siapa lagi jika bukan kita yang bertindak? Mari bersama-sama untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Kabupaten Kudus ini, agar kita pun bisa bangga memiliki kampung halaman bernama “Kudus”. Jadi, kembangkan potensi Pariwisata Kudus, siapa takut?
Pasti, tak lain dan tak bukan, kita anak-anak muda kebanyakan lebih memilih untuk berekreasi ke Bali, Bandung, Tawang Mangu, dan tempat wisata tersohor lainnya. Mengapa kita tak memilih untuk berekreasi di kota kita sendiri? Pasti kebanyakan generasi muda akan menjawab, “Gengsi dong, nggak gaya lah, kalo refreshing cuma di sini-sini aja. Udah tempatnya kotor, sepi, nggak asik pula. Masa rekreasi di Kudus? Nanti kalo ditanyain sama temen dari luar kota gimana? Jadi malu dong. Bisa-bisa malah balik nanya Kudus itu makanan apa”.
Itulah kurang lebih jawaban kebanyakan generasi muda saat ini jika ditanyai dengan pertanyaan seperti itu. Cenderung malu untuk membanggakan kota mereka sendiri. Bahkan mungkin ada yang segan untuk menyebutkan daerah asalnya, Kudus. Ini adalah anggapan generasi muda yang benar-benar salah.
Coba kita lihat, Kota Kudus kita tercinta ini sebenarnya memiliki banyak potensi, salah satunya dalam bidang pariwisata. Banyak obyek wisata yang dimiliki kabupaten ini. Mulai dari wisata religi, alam, bahkan arkeologi. Kita lihat saja Situs Patiayam. Situs patiayam merupakan salah satu pusat arkeologi di Indonesia. Namun mengapa pamor Situs Patiayam kalah jauh jika dibandingkan dengan Sangiran? Salah satu faktornya adalah kurangnya kepedulian masyarakat terutama generasi muda untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan situs tersebut. Tak usah terlalu jauh, untuk melirik ke sana, kebanyakan generasi muda saja enggan, apalagi untuk mengunjunginya. Berbagai macam alasannya, tempatnya tidak strategis lah, kumuh lah, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya anggapan seperti itu adalah perwujudan sikap mereka sendiri. Kita sebagai generasi muda, harus berani untuk merubah sesuatu yang kecil untuk menjadi lebih besar. Itulah jiwa yang tak dimiliki oleh sebagian besar generasi muda. Mereka lebih me-vonis sesuatu itu buruk, daripada mengubahnya untuk lebih baik. Coba kita pikir, bila seandainya pemerintah, masyarakat, beserta generasi muda bekerja sama untuk mengembangkan potensi tersebut. Generasi muda membuat ide-ide baru untuk mempromosikan pariwisata kita, lalu masyarakat berbondong-bondong untuk merawat obyek tersebut, serta pemerintah membantu dalam pelaksanaannya, memberikan bantuan pada lembaga yang bertugas untuk mengelola obyek wisata tersebut, sehingga terjadi kerjasama yang harmonis antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda. Bila hal tersebut dalam dilaksanakan, bukan idak mungkin Situs Patiayam akan lebih tersohor namanya dibandingkan Sangiran.
Jadi, mengapa kita tak mengembangkan potensi yang ada di daerah Kudus? Siapa lagi jika bukan kita yang bertindak? Mari bersama-sama untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Kabupaten Kudus ini, agar kita pun bisa bangga memiliki kampung halaman bernama “Kudus”. Jadi, kembangkan potensi Pariwisata Kudus, siapa takut?
0 komentar
Posting Komentar